Pengetahuan Mengenai Tsunami

| Rabu, 30 Juni 2010 | |

Tsunami berasal dari Japanese Language (bahasa jepang). “Tsu” berarti pelabuhan dan “Nami” berarti gelombang. Secara umum tsunami diartikan sebagai kejadian dimana air laut pasang dengan ukuran besar di pelabuhan. Dapat dideskripsikan tsunami sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsive yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau land slide (longsoran). Menurut literatur Inggris, tsunami kadang-kadang disebut pula sebagai gelombang pasang (tidal wave).

 

Berdasarkan data historis, tsunami sering didahului oleh adanya surut mendadak yang mencapai ratusan meter di daerah pantai setelah terjadinya gangguan impulsif. Fenomena turunnya permukaan air laut sesaat sebelum terjadinya tsunami merupakan tanda awal akan datangnya gelombang besar (Tsunami).  Setelah permukaan air laut surut dan secara tiba-tiba gelombang besar datang siap menghantam wilayah pesisir. Saat air susrut secara mendadak, ikan-ikan menggelepar di dasar laut yang kering mendadak. Fenomena ini sering dimanfaatkan oleh orang-orang untuk menangkap ikan yang sedang menggelepar. Mereka tidak mengira dengan tiba-tiba air laut pasang dengan kecepatan menyerupai kecepatan pesawat dan dengan ketinggian gelombang yang bervariasi.

 

Benua Maritim Indonesia merupakan daerah yang secara tektonik sangat labil di dunia. Kawasan ini juga dikenal sebagai salah satu pinggiran benua yang sangat aktif di muka bumi. Indonesia juga memiliki gunung berapi yang sangat kaya. Ada 240 gunung api yang tersebar di seluruh daerah. Sekitar 70 di antaranya masih aktif dan bisa meletus, menyemburkan lava panas. Rangkaian busur api tersebut merupakan bagian The Pacific Ring of Fire. Untaian itu bermula di Kamchatka Alaska, Jepang, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Sulawesi, dan berakhir hingga Filipina. Sebagian besar kejadian tsunami di Indonesia disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya.

 

Proses terjadinya tsunami karena terjadinya patahan dalam bentuk dip slip dan  strike slip. Patahan ini terjadi di dasar laut karena adanya gempa tektonik. Karena patahan ini air laut masuk dengan cepat mengisi ruang yang terjadi karena patahan tersebut. Dan ketika patahan kembali ke posisi semula air laut dihentakkan keluar sehingga menghasilkan gelombang dengan kecepatan tinggi. Berdasarkan penelitian, tsunami bisa terwujud jika kekuatan gempa minimal 6,5 SR. Syarat lainnya pusat gempa berada kurang dari 60 km dari permukaan laut.

 

Sistem penanganan bnecana secara menyulur, setidaknya perlu memahami tiga faktor. Elemen-elemen yang diperlukan sebagai berikut :

1.       Memahami bencana.

-          Karakteristik tsunami (pendidikan, pelatihan)

-          Ketinggian gelombang yang tertinggi

-          Waktu tiba yang tersingkat

-          Waktu berlangsung

-          Daerah jangkauan.

2.       Memahami kelemahan.

-          Mengevakuasi kerugian manusia dan fisik

-          Daerah rawan kebakaran/genangan

-          Pengaturan dan pengelolaan

-          Pemanfaatan lahan

-          Sejarah bencana tsunami

3.       Memahami tindakan.

-          Manajemen resiko

-          Informasi waktu nyata dengan pengukur tsunami dan gempa

-          Informasi tsunami

-          Peta hazard pasang naik dan tsunami

-          Pengungsian spontan

-          Fasilitas pencegahan bencana (perangkat keras)

Uraian di atas merupakan penjelasan singkat mengenai tsunami. Semoga uaraian di atas dapat bermanfaat dan diharapkan saling menginformasikan dengan orang lain.

Source : Subandono Diposaptono dan Budiman.2006.Tsunami.Jakarta : Penerbit Buku Ilmiah Populer.





Artikel Pengenalan Kayu ini dipersembahkan oleh
Geological Disaster, CivilEng., Science, etc.
Baca Juga Bencana Geologi
Pengenalan Kayu
Sel Volta
Struktur Bangunan Berlantai
Peristiwa Korosi

0 komentar:

Posting Komentar